Label

Minggu, 31 Januari 2010

Copet


Ada 8 orang dalam rombangan kami. Pagi itu kami berencana pergi ke Jogja. Sudah sekitar 6 bulan kami belum menjenguk Simbah. Pastinya beliau sangat kangen dengan kami. Hal itu terbukti dengan adanya telpon dari mas Wahid. Kebetulan masku yang satu ini tinggal di Jogja bersama Simbah. Dia diberi tugas khusus untuk merawat Simbah karena beliau sudah sepuh dan tidak ada yang menemani. Bapak sendiri sebagai putra satu-satunya masih belum bisa merawat Simbah. Dia mengatakan bahwa kami sekeluarga diharapkan segera datang berkunjung karena Simbah kangen sekali dengan keluarga di Surabaya terutama dengan Bapak. Maklum saja, Bapak adalah anak satu-satunya.

Setelah sekitar setengah jam kami menunggu, kereta api (KA) yang kami tunggu akhirnya datang juga. Pagi itu kami naik kereta api Pasundan yang berangkat pagi pukul 6. Kami memilih KA ini karena beberapa alasan. Yang pertama KA ini berangkat dari Surabaya sehingga tempat duduk pasti masih kosong. Yang kedua KA ini yang paling tertib dibandingkan dengan KA ekonomi yang lain. Selain petugas keamanan sering mondar-mandir untuk inspeksi, datangnya pun tepat waktu. Kami berangkat pukul 6 pagi dan tiba di Jogja pukul 12 siang. Hanya menempuh waktu 6 jam saja. Bandingkan dengan KA ekonomi lain yang sering telat dan butuh waktu sekitar 7 jam bahkan bisa sampai 8 jam. KA ini sepengetahuanku juga satu-satunya yang memberikan nomor tempat duduk untuk kelas ekonomi. Alasan yang terakhir, KA ini murah meriah. Hanya dengan membayar nggak lebih dari 20 ribu, kita bisa sampai di Jogja. Coba bandingkan harganya dengan tiket bis atau pesawat yang berlipat-lipat. Bener-bener jauh berbeda.

KA datang tepat waktu sekitar jam 6 pagi. Penumpang berdesakan masuk ke dalam KA. Saat itu penumpang nggak begitu banyak. Lagian aku nggak khawatir tidak dapat tempat duduk, karena ada tiket dan nomor seatnya. Kebetulan aku membawa 2 tas. Satu tas berisi laptop aku letakkan di depan dan satu lagi berisi pakaian aku jinjing dengan tangan kananku. Aku naik ke dalam gerbong KA berdesak-desakan dengan penumpang lain untuk mencari tempat duduk sesuai dengan nomornya. Tiba-tiba jalan terasa macet. Aku dan penumpang lain nggak bisa jalan terus. Saat itu posisiku berada di tengah gerbong. Tak disangka, aku merasa sesuatu menyentuh saku kanan bagian belakang tempat dompetku berada. Secara reflek aku langsung memegang sakuku tersebut. Ternyata tanganku menyentuh tangan seseorang dan itu adalah tangan pencopet yang berusaha mengambil dompetku. Aku langsung menoleh ke belakang. Pencopet itu kaget dan pura-pura tidak terjadi apa-apa. Dia langsung duduk di kursi sebelahnya. Aku baru sadar bahwa aku hampir saja kecopetan. Untung aku sudah mengancingkan saku celana belakangku sehingga dia kesulitan saat berusaha mengambil dompetku tadi.

Aku jadi ingat cerita temenku beberapa waktu yang lalu. Dia mengatakan bahwa Statsiun Wonokromo tempatku berangkat adalah gudangnya copet. Pencopet biasanya tidak bekerja sendiri. Mereka biasanya bekerja berkelompok dan melakukan aksinya ketika penumpang berdesak-desakan turun atau naik ke dalam gerbong. Ketika berada  di dalam gerbong, beberapa orang bertugas menghalangi jalan sehingga penumpang tidak bisa jalan terus. Saat orang-orang berdesak-desakan ingin maju, mereka melakukan aksinya. Ciri-ciri para pencopet tersebut biasanya membawa jaket atau tas yang diletakkan di depan untuk menutupi tangan mereka saat beraksi sekaligus sebagai tempat menyimpan hasil jarahannya. Kadang mereka mengoperkan hasil jarahannya ke teman yang ada di sebelahnya. Beberapa waktu yang lalu, adik yang menjadi korban. HP Nokia seharga 1,6 juta amblas dijarah pencopet.

Aku berharap dari ceritaku ini, temen-temen yang lain bisa berhati-hati dan waspada saat berada di KA atau bis, karena tempat itulah yang biasa mereka gunakan sebagai tempat operasi. Semoga ceritaku ini bisa memberikan pencerahan kepada temen-temen yang lain.


Selasa, 12 Januari 2010

Menghargai dengan Tip


Pagi itu aku bangun pagi-pagi sekali. Aku memang berencana pergi ke luar kota. Aku segera mandi dan bersiap. Setelah semua persiapan selesai, aku bergegas pergi. Aku sudah menghubungi taksi untuk menjemputku pagi itu. Waktu menunjukkan jam 04.00. Taksi datang tepat waktu. Aku pun berangkat menuju ke tempat pemberangkatan. Aku ingat pesan dari salah seorang temanku minggu lalu.
"Jangan datang terlambat ya! Ingat, bis akan berangkat jam 05.00 pagi." ucapnya waktu itu.
"Nggak perlu khawatir, aku orangnya tepat waktu kok. Kalau udah ta niatin aku pasti datang. Nggak pake telat." begitu jawabku meyakinkan dia.
Suasana masih gelap, walaupun sudah ada tanda-tanda bakal terang. Taksi meluncur dengan santainya menuju arah tujuan. Ketika aku sampai di tempat pemberangkatan, aku lihat ada banyak bis terparkir di sepanjang jalan. Kalau nggak salah hitung, ada 6 bis. Aku pun menyuruh sopir taksi untuk segera menepi.
"Pak, berhenti disini aja." kataku dengan segera.
"Iya, mas." jawab sang sopir singkat.
Taksi pun menepi dan berhenti tak jauh dari lokasi bis diparkir. Aku melihat argo taksi. Awalnya aku berpikir bakalan bayar banyak. Tapi setelah aku perhatikan argonya, ternyata nggak banyak. Maklum jarak antara rumah dengan tempat pemberangkatan lumayan jauh. Aku segera mengeluarkan uang dari dompetku. Aku sengaja membawa uang cukup banyak karena bisa jadi akan butuh di perjalanan nanti. Aku mengambil beberapa lembar uang dan aku berikan kepada sang sopir.
"Ini, pak. Kembaliannya, bapak ambil aja." kataku dengan sopan.
"Wah, makasih mas." jawab sopir tersebut dengan gembira.
Aku terbiasa memberikan tip kepada orang yang membantuku dengan baik. Paling sering aku memberi tip kepada pelayan di restoran tempat aku makan. Semakin baik dia memberikan pelayanan, semakin besar tip yang aku berikan. Sebenarnya aku mulai "belajar" memberikan tip dari teman wanitaku dulu. Setiap kali kami makan di restoran, dia selalu meningggalkan uang di atas meja, entah itu seribu, dua ribu, atau bahkan 10 ribu rupiah.
Suatu ketika kami makan bersama di salah satu restoran cepat saji di salah satu Mall di Surabaya. Saat itu kami sudah selesai makan. Aku memanggil salah satu waiter restoran.
"Mas, tolong billnya!" pintaku pada si waiter.
"Oh iya, mas. Tunggu sebentar." ujarnya.
Tak lama kemudian dia datang membawa baki dengan selembar bill di atasnya.
"Ini, mas." dia berujar.
"Ok, makasih." jawabku.
Si waiter meletakkan baki tersebut di atas meja. Aku mengambil dompet dan membayarnya. Si waiter menerimanya dan segera membawanya ke kasir. Tak lama kemudian dia kembali dengan membawa uang kembalian dan menyerahkannya kepadaku.
"Ini kembaliannya, pak." kata si waiter dengan sopan.
"Oh iya, makasih." kataku.
Aku pun mengambil seluruh uang kembalian tersebut. Tiba-tiba teman wanitaku mencegahku.
"Jangan diambil semua kembaliannya. Tinggalkan beberapa ribu untuk tip. Tinggalkan juga uang recehnya." begitu katanya.
Memang uang kembalian tadi ada beberapa lembar seribuan dan uang receh. Saat itu aku berusaha mendebatnya.
"Kenapa kita harus beri tip? Dia kan udah digaji." debatku sengit.
"Dia kan sudah melayani kita dengan baik. Memang sih dia udah digaji, tapi apa salahnya kita memberikan sedikit kelebihan kita sebagai penghargaan untuk pelayanannya yang baik tadi." kata temen wanitaku meyakinkanku.
Aku terpaku. Terdiam sejenak. Mencoba untuk memahami apa yang barusan dia katakan. Tiba-tiba aku tersadar, kenapa ya aku begitu pelit. Kenapa aku kurang bisa menghargai orang lain. Banyak orang yang sudah membantuku, namun aku menganggapnya biasa-biasa saja. Padahal bantuan mereka itu sebenarnya mempunyai makna yang besar untukku. Apa susahnya memberikan sedikit kelebihan yang aku miliki. Segera aku keluarkan lagi beberapa uang ribuan dan uang receh tadi. Aku letakkan uang itu di atas baki.
"Ya, udah. Ayo kita pulang." ujarku kepada teman wanitaku.
Kami pun meninggalkan resatoran tersebut. Sejak saat itu, aku selalu memberikan hadiah/tip kepada orang-orang yang membantuku.


Mengatasi "Burnout" di Tempat Kerja


KOMPAS.com - ”Burnout” adalah kondisi terperas habis dan kehilangan energi psikis maupun fisik. Biasanya hal itu disebabkan oleh situasi kerja yang tidak mendukung atau tidak sesuai dengan kebutuhan dan harapan.

T (35), perempuan bekerja, bercerita: ”Sudah dua tahun ini saya merasa banyak masalah di tempat kerja. Saya pikir saya sudah berhasil menyelesaikan kebingungan saya sendiri pada akhir tahun lalu dan bikin resolusi untuk tahun ini. Tetapi, pas akan masuk kerja, saya sudah cemas, deg-degan, perut mulas, dan diare.

Sekarang sudah beberapa hari kerja, ternyata saya masih mudah merasa capek, tidak bisa berpikir, lemas. Saya juga kaget, kok bisa lupa pada hal sangat penting yang harus segera saya bereskan. Padahal, pikir-pikir dulu saya bisa menangani banyak pekerjaan sulit dengan cepat.

Sepertinya masalahnya bermula dengan masuknya pemimpin baru di kantor kami. Dia ambisius bikin perombakan total tanpa mendengar suara orang lapangan. Sebagai orang di lini tengah, saya merasa terjepit, sulit sekali meneruskan masukan dari bawahan. Beberapa karyawan tidak dilanjutkan kontraknya dan sepertinya sekarang orang sudah tidak peduli, cuma berpikir bagaimana menyelamatkan diri.

Sebenarnya kalau saya mau gampang, saya melamar saja untuk mengisi lowongan jabatan yang lebih bagus di kantor kami, dan terserahlah unit kerja saya jadinya mau bagaimana. Sepertinya saya akan diterima karena cocok sekali kualifikasinya dengan saya. Tetapi, kekecewaan saya mungkin besar sekali, rasanya tidak ada gairah lagi di sini.

Mau keluar cari kerja di tempat lain saya masih bingung meski keinginan itu besar. Sekaligus saya juga tidak tega dengan staf lapangan di unit kerja saya yang posisinya rentan. Nanti nasib mereka bagaimana, bisa-bisa unit malah ditiadakan. Saya benar-benar tidak tahu harus bagaimana….”

Karakteristik masalah

Tampaknya T sedang mengalami burnout yang parah dan masih berjuang keras untuk mengatasinya. T seolah mengalami situasi energi psikis habis diserap, bahkan berkekurangan dan berutang entah dari mana, untuk memberi bahan bakar bagi keberlangsungan kerjanya. Tuntutan kerja jauh melampaui ketersediaan energi yang ada.

Dalam waktu cukup lama sebagai manajer level tengah ia ingin menjalani tugas maksimal, menciptakan sikap positif, menyemangati bawahan. Tetapi, ia merasa gagal akibat tidak dapat menjadi jembatan yang baik antara atasan dan bawahan. Ia juga sekaligus menghayati banyak ketidaksetujuan dengan nilai-nilai dan pendekatan kerja atasannya, dan merasa sangat terbebani untuk memperbaiki situasi tanpa mengerti harus bagaimana.

Biasanya burnout dialami dalam bentuk kelelahan fisik, mental, dan emosional yang intens. Karena bersifat psikobiologis (beban psikologis berpindah ke tampilan fisik, misalnya mudah pusing, tidak dapat berkonsentrasi, gampang sakit) dan biasanya bersifat kumulatif, kadang persoalan tidak demikian mudah diselesaikan. Apalagi bila sumber persoalan tidak dapat dibereskan. Bahkan, seperti spiral makin melebar, hal ini mengganggu kinerja dan pada gilirannya dapat menyebabkan tambahan tekanan bagi pekerja yang lain.

Kekurangjelasan hak dan tanggung jawab kerja serta konflik peran (misalnya tuntutan kerja tidak konsisten dengan nilai-nilai yang diyakini) dapat berkontribusi. Terlebih bila ada beban berlebih, tuntutan kerja yang berat tanpa ada penghargaan atau capaian yang dirasa memadai. Sedikitnya dukungan sosial di dalam lembaga maupun dari luar lembaga serta kesulitan untuk mengambil keputusan mandiri juga dapat menjadi penyebab.

Mengatasi masalah

Yang ideal adalah bila lembaga tempat kerja bisa mengembangkan mekanisme untuk mencegah atau meminimalkan burnout, dan pemimpin memahami peran yang idealnya dijalankannya untuk membawa energi positif dan kesolidan kerja dalam timnya.

Dalam kasus T pemimpin justru menjadi pihak yang menyebabkan, atau memperparah situasi. Bila memungkinkan, T dapat mencoba berkomunikasi dengan lebih terbuka, jujur sekaligus tetap santun dengan pemimpin barunya, benar-benar mencoba berperan sebagai ”jembatan”. Ia bisa mencoba memahami visi atasan, sekaligus menjelaskan situasi nyata di lapangan agar terjadi kompromi. Tentu T harus membekali diri secara baik dengan berbagai informasi yang diperlukan serta analisisnya.

Bila bawahan memang sulit mengupayakan komunikasi yang lebih baik dengan atasan, yang dapat dilakukan tampaknya hanyalah mengembangkan mekanisme pribadi dan lingkungan kerja terdekat untuk meminimalkan atau mengatasi masalah.

-Mengelola beban kerja secara realistis, menyadari bahwa tidak semua persoalan dapat segera dibereskan secara tuntas.

-Menyeimbangkan gaya hidup, seperti mengonsumsi makanan sehat, tidur dan istirahat cukup, berolahraga, dan mempertahankan koneksi dengan orang-orang dekat sebagai kelompok dukungan.

-Mengurangi ketegangan dengan berbagai cara fisik (olah napas, relaksasi, olah tubuh), menyelang-seling aktivitas stres tinggi (misalnya rapat penting, lobi) dengan aktivitas bertegangan rendah (bercakap dengan bawahan), menggunakan waktu jeda atau istirahat untuk recharge energi seperti ngobrol dengan teman dekat, nonton drama-komedi, duduk di depan kolam ikan, atau melakukan hobi.

-Menyadari atau mewaspadai tanda-tanda awal stres kerja (konflik dengan rekan dan atasan, beban berlebih) dan segera mengambil langkah mengelola atau mengatasinya.

Bila kita masih saja merasa sangat tidak nyaman dan tidak lagi terhubung dengan tempat kerja, bahkan terus berpikir ingin pergi, mungkin memang saatnya bagi kita untuk menemukan atau mengonstruksi yang baru.

Semoga kita memulai tahun 2010 dengan visi kerja yang jelas, antusiasme, dan energi besar. Kristi Poerwandari, Psikolog
(http://id.news.yahoo.com)

Sekolah Bisa Jadi Sumber Stres Anak


KOMPAS.com - Di sekolah, guru adalah pengganti orangtua bagi anak. Selain itu, tujuan pendidikan sesungguhnya adalah membentuk anak menjadi pribadi yang antara lain cerdas secara intelektual dan emosional. Kenyataannya, guru dan aturan sekolah seringkali menjadi sumber stres anak. Inilah contoh dan solusinya:

Terlalu banyak PR
Solusi: PR banyak tidak akan menimbulkan stres jika ada jadwal rutin untuk mengerjakannya. Orangtua harus membantu anak mengatur prioritas jadwal rutinnya di rumah. Lakukan kerjasama dengan pihak sekolah, diskusikan dengan guru bagaimana menciptakan PR dalam bentuk lain yang dapat dilakukan sambil bermain.

Ulangan/tes
Solusi: Seperti halnya PR, mengulang pelajaran di rumah sebaiknya dilakukan setiap hari. Dengan begitu, kapan pun ulangan diadakan, anak sudah siap. Namun, kalau soal tes memang dirasa sulit atau diluar kemampuan anak di tingkat yang sama, ayah ibu bersama orangtua yang lain bisa membicarakan ini dengan guru.

Dihukum/dipermalukan guru
Solusi: Bicaralah dengan pihak sekolah mengenai perasaan anak akibat dihukum atau dipermalukan guru di hadapan teman-temannya. Sebaiknya memang guru memberikan teguran lisan secara individual kepada anak yang melakukan kekeliruan. Ini penting supaya anak tetap merasa berharga kendati ia baru melakukan kesalahan.

Guru diperbolehkan memberikan sanksi sesuai aturan, tetapi guru tak boleh mengolok-olok anak didiknya. Olok-olok akan membuat anak merasa terhina tanpa dapat mengimbanginya, karena yang melakukan adalah pihak yang memiliki otoritas atas dirinya.

Harus tampil di depan kelas
Solusi: Jadikan acara presentasi ide dan hasil pekerjaan, juga mengerjakan soal di papan tulis, sebagai bagian dari kegiatan belajar. Sikap guru yang kooperatif, penuh penghargaan, dan ramah sangat membantu memupuk rasa percaya diri anak. Di rumah, orangtua bisa mengajak anak bermain peran yang mengharuskannya tampil di muka. Libatkan penghuni rumah lain sebagai pendengar.

Sekolah pagi
Solusi: Ciri-ciri anak yang mengalami stres karena harus bangun pagi antara lain mengeluh sakit di pagi hari, rewel, mengamuk, dan mogok sekolah. Atasi dengan memajukan jadwal tidurnya. Bangunkan anak secara bertahap dengan musik, cerita lucu atau suara binatang yang mampu menarik perhatiannya untuk bangun.

Ingatkan si kecil pada hal-hal menyenangkan yang akan dihadapi di hari itu, apakah teman-temannya, gurunya, atau bekal sekolahnya yang enak. Kalimat, "Ayo bangun! Kalau tidak, nanti kamu terlambat lo!" seringkali malah tidak efektif karena isi pesannya tidak menyenangkan.
(Taken from http://id.news.yahoo.com)

Senin, 11 Januari 2010

Tips Sukses Menjawab Soal-soal TOEFL


Persiapan sebelum menghadapi test TOEFL akan dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam memahami bahasa Inggris. Tetapi itu semua akan menjadi tidak berarti apabila soal-soal test TOEFL tidak dapat dijawab dengan baik karena faktor-faktor non teknis yang terjadi pada saat menjalani test TOEFL.

Berikut ini adalah beberapa hal penting yang perlu diperhatikan selama menjalani test TOEFL:

  • Santai. Selama semua sudah dipersiapkan sebelumnya maka tidak ada alasan untuk gugup, panik, atau nervous menghadapi test. Apabila perasaan gugup, panik, atau nervous itu ternyata terjadi pada saat test, cobalah untuk menutup mata sejenak dan berkata pada diri sendiri, "Saya tidak perlu gugup, Saya sudah mempersiapkan diri" lalu tarik nafas dalam-dalam dan hembuskan perlahan-lahan, rasakan semua bagian tubuh merasa santai, rileks.
  • Konsentrasi ke pertanyaan. Jangan bicara, pusatkan perhatian pada test TOEFL. Jangan melihat-lihat ke sekeliling kecuali jawaban yang berhubungan dengan soal-soal test TOEFL yang sedang dikerjakan. Jangan memikirkan nilai dan akibat yang didapat dari hasil test TOEFL ini, pusatkan semua perhatian pada soal dan jawaban test saat itu. Apabila tidak mengerti dan tidak mengetahui jawaban dari soal, pilihlah yang terbaik menurut Anda kemudian lupakan, pusatkan perhatian pada soal dan jawaban nomor selanjutnya.
  • Jangan nyontek. Pada test TOEFL, nyontek adalah permasalahan serius yang sangat dilarang. Jika ini dilakukan maka resikonya adalah jawaban test TOEFL tidak akan dinilai sehingga percuma sudah persiapan yang dilakukan selama ini.
  • Terus belajar. Apabila nilai test TOEFL masih juga tidak memuaskan, jangan putus asa, jangan dengarkan apa kata orang. Evaluasi hasil test, cari dimana letak kelemahan, kemudian perbanyak lagi review di section yang lemah tersebut. Sebaliknya apabila nilainya sudah memuaskan, tetap terus belajar karena banyak informasi dan pengetahuan penting yang dapat "dikumpulkan" dengan kemampuan bahasa Inggris yang sudah dimiliki.

Semoga sukses untuk kita semua.

(Taken from http://cangkruk.com)

Tips Menghadapi TOEFL


Menghadapi test TOEFL tidak cukup hanya berbekal pengetahuan teknis tentang listening, structure, dan reading saja. Banyak hal non teknis juga perlu diperhatikan sehingga tidak mengganggu, membuyarkan konsentrasi atau bahkan menjadi penyebab gagalnya test TOEFL. Beberapa di antaranya yaitu:
  • Tidak perlu terlalu berambisi untuk dapat menjawab benar 100% soal test TOEFL sehingga memaksakan diri untuk review seluruh materi TOEFL pada malam sebelum test TOEFL dilakukan. Cukup review inti dari setiap section yang dianggap penting, karena mereview semua materi justru akan membuat bingung dan panik. Ingat, dengan hanya 75% dari soal TOEFL dapat dijawab dengan benar itu sudah lebih dari cukup untuk mendapatkan nilai yang baik.
  • Upayakan tidak bepergian di malam sebelum test. Kalau ini dilakukan maka Anda akan kehilangan kesempatan untuk melakukan review beberapa hal penting yang mungkin akan sangat berguna pada saat test keesokan harinya.
  • Siapkan sedikitnya tiga buah pensil yang sudah diruncingkan (siap pakai), kalau bisa pensil yang sudah ada penghapusnya sehingga mudah dan cepat digunakan apabila diperlukan. Untuk antisipasi, tidak ada salahnya membawa juga peruncing pensil, tetapi upayakan pensil tetap sudah diruncingkan sejak dari rumah.
  • Jangan lupa membawa tanda pengenal atau kartu test sesuai persyaratan mengikuti test TOEFL yang sudah ditentukan. Petugas dapat melarang peserta yang lalai dalam hal ini untuk mengikuti test.
  • Bangunlah lebih pagi dari biasanya. Umumnya pengawas tidak mengijinkan peserta untuk masuk mengikuti test apabila test sudah berlangsung.
  • Test akan berlangsung selama sekitar tiga jam tanpa istirahat, dengan dua jam adalah waktu untuk menyelesaikan soal-soal test sedangkan sisanya adalah untuk penjelasan dan instruksi-instruksi. Karenanya sarapan yang cukup akan sangat membantu untuk menghindari rasa lapar selama test.
  • Meskipun di ruangan test biasanya sudah tersedia jam, akan sangat membantu apabila membawa jam.
  • Ingat bahwa buku, kamus, tape recorder, telepon genggam dan yang sejenis, korek api, pulpen, dan catatan-catatan tidak akan diperkenankan untuk digunakan selama test.
  • Umumnya tempat duduk pada saat test sudah ditentukan, duduklah sesuai tempat yang ditentukan dan berkonsentrasilah pada soal dan jawabannya. Hindari berkomunikasi dengan teman selama test berlangsung, karena bisa dituduh curang atau mencontek oleh pengawas test.
  • Jawaban dari keseluruhan soal-soal test adalah multiple choice. Pilih salah satu jawaban yang benar dengan cara memberi tanda hitam (marking) secara penuh pada lingkaran oval jawaban yang tersedia. Pastikan tanda hitam tersebut tidak keluar dari batas lingkaran yang sudah ditentukan. Kelalaian dalam hal ini menyebabkan jawaban tidak dikenali oleh sistem komputer.
  • Apabila diperlukan, dibenarkan untuk merubah jawaban, hapus jawaban yang salah dan marking jawaban lain yang benar tetapi lakukan dengan hati-hati karena "hapusan" yang tidak bersih menyebabkan komputer menganggap ada dua jawaban pada satu soal.
  • Biasanya tidak diperkenankan untuk menandai jawaban pada lembar soal, memberi garis bawah, memberi catatan, atau mencoret-coret lembar soal. Jangan lakukan atau pengawas bisa memiliki alasan untuk menegur peserta test.
  • Jawaban yang dinilai hanyalah jawaban Benar. Karenanya jangan biarkan lembar jawaban kosong karena jawaban salah tidak akan mengurangi nilai, dan jangan pula menjawab lebih dari satu jawaban.
  • Jika tidak yakin mana jawaban yang benar dari seluruh jawaban tersedia, lakukan tips ini: Perhatikan jawaban-jawaban yang menurut Anda salah, kemudian dari jawaban tersisa pilih salah satu yang menurut Anda paling benar.
  • Apabila sama sekali tidak dapat memilih mana jawaban yang benar dan salah, Pilih salah satu huruf dari jawaban (misal B) kemudian gunakan jawaban B ini untuk soal-soal lainnya yang juga sama sekali tidak tahu jawabannya. Dengan cara memberikan jawaban sama pada soal-soal yang tidak tahu jawabannya, maka kemungkinan (probabilita) jawaban tersebut benar adalah sebesar 25%. Gunakan trik ini terutama apabila waktunya sudah sangat mepet.

Beberapa hal di atas adalah hal-hal sederhana yang jika dilaksanakan akan sangat mengurangi faktor-faktor non teknis yang bisa menjadi penghambat atau penyebab kegagalan test TOEFL.

(Taken from http://cangkruk.com)

Tips Meraih Skor TOEFL Tinggi


Seringkali tidak disadari bahwa tidak selalu mereka yang pandai berbahasa Inggris dapat memperoleh nilai TOEFL yang tinggi dengan mudah. Hal tersebut dikarenakan test TOEFL tidak hanya sekedar membaca dan menerjemahkan saja tetapi lebih dari itu untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dalam hal membaca dan mendengarkan percakapan bahasa Inggris serta struktur dalam bahasa Inggris. Masih tidak cukup hanya itu, terkadang diperlukan latihan dan pengalaman yang cukup sebelum terbiasa dengan soal-soal test TOEFL.
Apabila pernah mengikuti test TOEFL dan mendapatkan nilai tidak seperti yang diharapkan maka jangan khawatir karena nilai TOEFL tersebut sebenarnya dapat dijadikan "modal awal" untuk memperoleh nilai yang lebih tinggi lagi. Dengan pernah mengikuti test TOEFL sebelumnya maka dapat diketahui letak kelemahan yang perlu diperbaiki sehingga diharapkan pada test selanjutnya bisa memperoleh nilai yang lebih tinggi.
Terdapat empat tips yang dapat dijalankan untuk mendapatkan nilai TOEFL yang lebih tinggi, yaitu:
  • Tips pertama, perhatikan dari tiga section (Listening, Structure, Reading) yang telah dinilai pada test TOEFL sebelumnya section mana yang mendapat nilai terendah. Jika nilai terendah adalah pada Listening maka fokuskan porsi review lebih banyak pada Listening. Demikian juga halnya jika nilai terendah pada Reading atau Structure, maka fokus review pada kedua section tersebut diberikan lebih banyak.
  • Tips kedua, manfaatkan waktu sedikitnya satu jam sehari untuk melakukan review sehingga waktu tujuh jam seminggu yang diperlukan untuk review dapat terdistribusi secara merata di setiap harinya. Dengan waktu review yang relatif tidak terlalu lama di setiap harinya, maka hasilnya akan efektif untuk meningkatkan nilai TOEFL pada test berikutnya.
  • Tips ketiga, jangan sekalipun mencoba untuk menghapalkan pertanyaan dan jawaban test TOEFL dari contoh-contoh soal TOEFL manapun. Hal tersebut dikarenakan contoh-contoh soal test tersebut bisa saja mirip tetapi mungkin tidak akan sama persis.
  • Tips keempat, pada saat mengerjakan soal-soal latihan jangan tergesa-gesa untuk beralih ke soal latihan selanjutnya. Cobalah untuk berpikir dan memahami setiap jawaban yang kita pilih, kenapa jawaban b yang dipilih? kenapa tidak a? apakah soal ini mirip dengan soal sebelumnya? dimana kemiripannya? dan seterusnya.
Intinya, apa yang dilakukan dalam menghadapi test TOEFL pada dasarnya adalah mempelajari bagaimana agar kita memiliki pengetahuan yang cukup untuk dapat menjawab soal-soal test TOEFL dengan baik sehingga memperoleh nilai yang lebih tinggi dari sebelumnya.
(Taken from http://cangkruk.com)

Motivational Behavior Test


Kali ini aku melakukan tes motivasi untuk mengetahui sejauh mana motivasi yang aku miliki dalam mengerjakan sesuatu. Sama seperti sebelumnya, tes ini hasilnya tidak mutlak. Silahkan diambil sisi positifnya. Berikut ini adalah hasil tes:

You are a driven and motivated person, with a positive outlook towards completing tasks. You mostly work hard and play hard and are responsive to positive motivation.You have a very strong drive to complete tasks that you have set yourself, or that others have set for you. You actively seek out activities that will make you happy, including parties, hanging out with family and friends or even thrill seeking through sports etc... You also tend to be fairly impulsive.

Artinya aku punya semangat dan motivasi yang tinggi dalam mengerjakan sesuatu. Semoga aja memang seperti hasil tes ini.

You are very motivated by seeking reward for your behaviour. The offer of a reward (such as a promotion for working hard or winning a bet) will keep you motivated to complete difficult activities. Your major motivation is to avoid things that you don't like. This can mean organising your life to avoid activities you don't enjoy, or to escape punishment or pain. You can also tend to be a fairly nervous person.

Reward terkadang dibutuhkan untuk memotivasi seseorang. Aku juga punya kecenderungan menghindari konflik dengan seseorang. Hasil tes ini ada banyak kesamaan dengan tes kepribadian dengan warna beberapa waktu lalu.














Sabtu, 09 Januari 2010

Cinta dan Persahabatan

Oleh Kwek Li Na
Kompas.com — Minggu, 19 Juli 2009 | 03:41 WIB

Acara televisi sore ini tak satupun membuat aku tertarik. Kalau sudah begini aku bingung entah apa yang harus aku lakukan. Tio bersama Sany kekasihnya, sahabatku Ricky entah kemana? Mall, bioskop ataupun perpustakaan, bukan tempat yang aku suka, apalagi mesti pergi sendirian.

mmm…Pantai.

Ya pantai. kayaknya hanya pantailah, tempat yang mampu membuat aku merasa damai dan tak aneh jika aku pergi sendirian.

Kuambil jaket, lalu kusamber kunci dan pergi menuju garasi. Kukendarai mobil mama yang nganggur di sana. Papa dan mama lagi keluar kota, jadi aku bisa keluar dan mengendari mobilnya dengan leluasa.

Terik panas masih menyengat, walaupun waktu sudah menjelang sore. Namun tak membuat manusia-manusia di Ibukota berhenti beraktivitas meskipun di bawah terik matahari yang mampu membakar kulit. Jalan-jalan macet seperti biasanya. Dipenuhi mobil dari merek ternama ataupun yang sudah tak layak dikendarai.

Lalu di depan kulihat pemandangan lain lagi. Pedagang kaki lima duduk lesu menunggu pelangannya.
Krisis yang melanda membuat banyak orang hati-hati melakukan pengeluaran, bahkan untuk membeli jajan pasar.Walaupun tak seorang yang menghampirinya, namun dia tetap semangat menyapa orang-orang yang lewat dan akhirnya ada juga satu pembeli yang menuju arahnya.

Sekilas kulihat orang itu kok mirip sekali dengan Ricky. Kugosok-gosok mataku, menyakinkan pandanganku. Kutepikan mobilku, lalu aku berhenti di tepi jalan itu. Dengan setengah berlari, aku mengejar sosok itu.

Ah…kendaraan sore ini banyak sekali, sehingga membuat aku kesulitan untuk menyeberang jalan ini. Tapi akhirnya terkejar juga, dengan nafas tersengal-sengal, kujamah bahunya.

“Ky!” seruku tiba-tiba, sehingga membuatnya terkejut.

“Anda siapa?” tanya Ricky pura-pura tak mengenalku.

“Ky. Sekalipun kamu jadi gembel , aku akan tetap menggenalmu.” jelasku mendenggus kesal.

“Sudahlah, Sophia, jangan membuat aku terluka lagi.” tukasnya begitu sinis seraya beranjak pergi.

“Ky…Ky…knapa kamu tak pernah mau mendengarkan penjelasanku!” teriakku sekeras-kerasnya. Namun bayangan Ricky semakin menjauh dan akhirnya tak kelihatan.

***

Ricky, Tio dan aku adalah sahabat karib dari kecil. Setelah tumbuh besar, aku tetap mengganggap Ricky adalah sahabat terbaikku, tapi Ricky punya rasa berbeda dari persahabatan kami. Yang aku cintai adalah Tio. Ini yang membuat Ricky menjauhiku. Tapi yang Tio cintai bukan aku, tapi Sany, teman sekelasnya.

Cinta, sulit di tebak kapan dan di mana berlabuh!

Banyak orang tak bisa terima, jika cintanya ditolak, tapi bukankah cinta tak mungkin dipaksa?

Tak mendapatkan cinta Tio, tak membuatku menjauh darinya, tapi aku akan tetap menjadi sahabat baiknya. Walaupun ada sedikit rasa tidak puas, kadang rasa cemburu menganggu hati kecilku, saat kutahu untuk pertama kali, orang yang Tio cintai adalah orang lain.

Aku harus bisa menerima keputusannya , walaupun terasa berat . Bukankah, kebahagian kita adalah melihat orang yang kita cintai hidup berbahagia, baik bersama kita atau tidak?

Tapi tidak dengan Ricky, dia lebih memilih, meninggalkanku, mengakhiri persahabatan manis kami. Pergi dan aku tak pernah tahu kabarnya. Tapi apapun yang terjadi, aku akan selalu berharap suatu saat kami akan dipertemukan lagi.

Karena bagiku, cinta dan persahabatan adalah dua ikatan yang sama. Ikatan yang tak satupun membuat aku bisa memilih satu diantaranya.

***

Sudah seminggu, setiap hari, aku datang kepersimpangan ini. Berharap bisa melihat sosok Ricky lewat disekitar sini lagi. Tapi, Ricky hilang bagai ditelan bumi. Aku hampir putus asa.

Aku sudah capek menunggu, akhirnya aku bangun dan ingin beranjak pergi. Knapa tiba-tiba, indera keenamku, memberiku insting, kalau Ricky ada di sekitarku.

Kubalikan kepala, kulihat sosok Ricky setengah berlari menyeberang jalan di belakang posisiku. Aku berlari menggejar sosok itu. Kuikuti dia dari belakang. Aku pingin tahu dimana dia berada sekarang.

Akhirnya kulihat Ricky, masuk ke sebuah gang kecil, kuikuti terus , sampai akhirnya dia masuk ke sebuah rumah yang sangat sederhana.

“Knapa Ricky lebih memilih hidup disini, daripada di rumah megah orangtuanya?”

”Knapa dia, tinggalkan kehidupannya, yang didambakan banyak orang?”

”Knapa semua ini dia lakukan?”

“Knapa?”

Banyak pertanyaan yang tiba-tiba muncul di kepalaku.

Setelah dia masuk kurang lebih 10 menit, aku masih berdiri terpaku dalam lamunanku, dengan pertanyaan-pertanyan yang jawabanya ada pada Ricky. Aku dikejutkan suara seekor anak anjing jalanan, yang tiba-tiba menggonggong.

Aku memberanikan diri memencet bel di depan rumahnya itu.

“Siapa?” terdengar suara dari balik pintu.

Aku diam, tak memberi jawaban. Setelah beberapa saat aku lihat Ricky pelan-pelan membuka pintu. Nampak keterkejutannya saat melihatku, berada di depannya.

“Ky…boleh aku masuk?” tanyaku hati-hati.

“Maukah kamu memberikan sahabatmu ini, segelas air putih.” ujarku lagi.

Tanpa bicara, Ricky mengisyaratkan tangannya mempersilahkan aku masuk. Aku masuk keruangan tamu. Aku terpana, kulihat rumah yang tertata rapi. Rumah kecil dan sederhana ini ditatanya begitu rapi, begitu nyaman. Kulihat serangkai bunga matahari plastik terpajang di sudut ruangan itu.

“Ricky, kamu tak pernah lupa, aku adalah penggagum bunga -bunga matahari.” gumanku.

Dan sebuah akuarium yang di penuhi ikan berwarna-warni, rumput-rumput dari plastik dan karang-karang di dalamnya. Ricky tahu betul aku penggagum keindahan pantai dan laut. Walaupun hal-hal ini dulunya, setahuku, kamu tak menyukainya. Kulihat juga banyak foto persahabatan kami yang di bingkainya dalam bingkai kayu yang sangat indah, terpajang di dinding ruang tamu ini.

Bulir-bulir air mataku, perlahan-lahan mulai tak mampu aku bendung. Aku benar-benar terharu dengan semua yang Ricky lakukan. Begitu besar cinta Ricky buatku. Kupeluk dia, yang aku sendiri tak tahu, apakah pelukan ini adalah pelukkan seorang sahabat ataupun sudah berubah menjadi pelukan yang berbeda?

Ricky kaget, namun akhirnya dia membalas pelukanku, dan memelukku lebih erat lagi , seakan-akan ingin menumpahkan segala rindu yang sudah hampir tak terbendung dalam hatinya.

Kami menghabiskan sore ini dengan berbagi cerita, pengalaman kami masing-masing selama perpisahan yang hampir 2 tahun lamanya dan akhirnya Ricky mengajakku makan, ke sebuah restoran kecil yang sering dikunjunginya seorang diri, di dekat rumahnya. Terdengar alunan tembang-tembang romatis , suasana hening, membuat kami terbuai dalam hangatnya suasana malam itu.

***

Sekarang Ricky sudah tahu, Tio sudah bersama Sany. Kami sekarang menjadi 4 sekawan. Sany juga telah menjadi anggota genk kami.

Ternyata setelah aku mengenalnya lebih lama, Sany adalah sosok yang sangat baik hati, menyenangkan, ramah dan peduli dengan sahabat. Ah…menyesal aku tak mengenalinya lebih dalam sejak dulu.

“Ky , biarlah semua berjalan apa adanya, mungkin cinta akan pelan-pelan muncul dari hatiku.” ujarku suatu hari, saat Ricky mengungkit masalah ini lagi.

“Oke, aku akan selalu menunggumu. Sampai kapapun. Karena tak akan ada seorangpun yang mampu membuatku jatuh cinta . Hanya kamu yang mampu membuat aku damai, tenang dan bahagia.” jelasnya panjang lebar

Sekarang aku memiliki tiga orang sahabat baik. Tak akan ada lagi hari-hariku yang kulalui dengan kesendirian, kesepian dan kerinduan.

Hampir setiap akhir pekan, kami menghabiskan waktu bersama, ke pantai, ke puncak ataupun hanya sekedar berkaroke di rumah sederhana Ricky. Hidup dengan tali persahabatan yang hangat, membuat hidup semakin berarti dan lebih bahagia.

***

Waktu berjalan begitu cepat. Tiga tahun sudah berlalu. Kebaikan-kebaikan Ricky mampu membuat aku merasa butuh dan suka akan keberadaannya di sampingku. Rasa itu pelan-pelan tumbuh tanpa kusadari dalam hatiku.

Aku jatuh hati padanya setelah melalui banyak peristiwa. Cinta datang, dalam dan dengan kebersamaan.

Apalagi dengan sikap dan perbuatan yang ditunjukannya. Membuat aku merasa, tak akan ada cinta laki-laki lain yang sedalam cinta Riky.

Sekarang Ricky bukan hanya kekasih yang paling aku cintai tapi juga seorang sahabat sejati dalam hidupku.

Taiwan, 11 Oktober 2008

Jumat, 08 Januari 2010

Tes Kepribadian dengan Warna


Ada banyak jenis tes kepribadian. Aku tertarik dengan tes ini karena aku belum pernah mencobanya. Aku sudah sering ikut tes kepribadian tapi jenis pertanyaannya ya begitu-begitu saja. Tes ini cukup unik karena kepribadian kita bisa diketahui melalui warna yang dipilih. Berikut ini hasil tes yang telah aku lakukan. Ingat, ini hanya prediksi belaka. Belum tentu mencerminkan kepribadian yang sesungguhnya.

These results are provided as a fun way to examine your personality, but even though the results are very accurate you should not consider them a diagnosis. See a doctor or psychologist for that!.

Dari penjelasan di atas, jelas disebutkan bahwa walaupun hasilnya bener-bener akurat tetap harus berkonsultasi dengan psikolog.

Zain Amin's Existing Situation

"Creative and emotional, looking for ways to further expand those qualities. Looking for a partner who enjoys the same activities. Seeking adventure and new and unusual activities."

Aku memang selalu berusaha melakukan yang terbaik. Aku juga sudah menemukan patner yang bisa kuajak berbagi dengan bidang yang sama pula. Selain itu aku juga suka petualangan dan kegiatan yang belum pernah dilakukan orang lain.

Zain Amin's Stress Sources

"Feels empty and isolated from others and wishes to overcome this feeling. Believes life has more to offer him than what he was experienced thus far, and doesn't want to miss out on anything. He purses all his goals and dreams, fearful that any missed opportunity will cause him to miss out on even more. Quickly becomes an expert in any field he pursues and can sometimes come off as overbearing and nosy."

Aku memang terkadang merasa kesepian. Aku membutuhkan teman yang bisa diajak berbagi dan banyak memberikan saran yang bersifat membangun. Walaupun begitu aku nggak mau ketinggalan apapun. Aku juga termasuk fast learner dalam belajar. Dengan cepat aku bisa menguasai sesuatu terutama hal-hal yang aku sukai.

Zain Amin's Restrained Characteristics

Current events leave him feeling forced into compromise in order to avoid being cut off from affection or future cooperation.

Terkadang aku merasa dipaksa berkompromi dengan lingkungan, namun hal itu memang tidak bisa dihindari.

"Struggles to make his demands clear, but feels ignored. Feels resentful, but acts as if he doesn't care, doing what is necessary to keep peace."

Aku cinta damai. Aku berusaha keras untuk menghindari konflik dengan orang lain.

"Insists his hopes and ideas are realistic and achievable, but needs encouragement and support. His self-centeredness can cause him to take things too personally."

Aku orangnya realistis, tapi aku membutuhkan dukungan orang lain agar aku tetap berjalan di jalan yang aku pilih.

Zain Amin's Desired Objective

"Desires a conflict-free environment which offers security and physical safety. Looking for love, kindness, and understanding. Fears loneliness and the heartache of separation and rejection."

Pastinya, aku berusaha menghindari konflik dan mencari cinta, kebaikan, dan pengertian.

Zain Amin's Actual Problem

Needs to find a stable and peaceful environment which will free him of the worries that are preventing him from achieving the things he wants.

Aku memang berusaha mencari lingkungan yang nyaman untuk melakukan semua aktifitasku.

Zain Amin's Actual Problem #2

"Prefers to be left in peace and avoids arguments, confrontation, and conflicts."

Ya, begitulah. Aku berusaha menghindari debat, konfrontasi, dan konflik dengan orang lain.

Aku sih nggak terlalu percaya dengan hasil tes ini, tapi aku akan ambil sisi positifnya. Silahkan mencoba kalau memang tertarik di http://www.colorquiz.com.

Rabu, 06 Januari 2010

Budaya Nyontek


Mahasiswa mengenalku sebagai dosen yang kereng. Itu sih pendapat mereka. Aku menanggapinya biasa-biasa aja. Sebenarnya aku ya nggak sejahat itu. Aku hanya membiasakan mereka untuk bersikap disiplin dan mandiri. Aku sering memberikan banyak tugas kepada mereka. Fungsinya agar mereka mau belajar melalui tugas-tugas tersebut. Tentu saja tugas-tugas tersebut aku sesuaikan dengan kemampuan mereka. Selain itu aturan-aturan saat proses belajar mengajar berusaha aku jalankan dengan baik. Menurutku tanpa adanya disiplin pribadi dari tiap-tiap mahasiswa, mereka tidak akan bisa berhasil.

Aku berusaha memberikan yang terbaik terhadap mereka. Akan tetapi mereka terkadang kurang memahami masalah tersebut. Aku sendiri sudah menjalani seperti mereka. Sekolah itu tidak mudah. Yang dibutuhkan seorang mahasiswa untuk lulus itu bukan hanya kecerdasan semata. Mereka membutuhkan kerja keras. Aku sendiri bukan orang yang jenius atau pintar. Dengan usaha keras aku berhasil menyelesaikan kuliah hingga S-2. Bukan berarti aku mau balas dendam kepada mereka. Aku hanya ingin di dalam diri mereka tumbuh kedisiplinan. Yang dibutuhkan agar orang bisa lulus sekolah selain biaya adalah kerja keras. Mau melaksanakan tugas-tugas yang diberikan dosen sesuai dengan batas kemampuan.

Hari ini adalah masa ujian akhir semester . Hari ini memasuki hari yang ketiga. Sekitar jam 10 pagi aku memasuki kelas untuk menjaga ujian. Ketika memasuki kelas, aku terkejut dengan sorakan mahasiswa.

“Waaahh………..” sorak mahasiswa dengan kecewa.

“Bukannya Pak Eza yang jaga hari ini.” tanya salah seorang mahasiswa yang duduk di depan.

“Dosen yang lain apa nggak ada, Pak.” timpal salah seorang mahasiswa yang lain.

“Bukan, bisa dosen siapa saja yang jaga.” jawabku dengan tenang.

Aku membuka amplop ujian berisi soal, lembar jawaban, berita acara ujian, dan lembar presensi. Lalu aku suruh mahasiswa meletakkan tas mereka di depan kelas. Mereka terlihat kecewa setelah tahu aku yang menjaga kelas. Aku paham mereka kecewa, karena aku disiplin saat menjaga ujian. Aku selalu mengawasi mereka dan selalu berdiri di depan. Kalau capek, biasanya aku pindah ke sudut kelas yang lain dengan tetap mengawasi tindak-tanduk mahasiswa. Terkadang kalau ada yang nyontek aku ingatkan supaya bekerja sendiri. Kali pertama kali kedua mereka nyontek, aku masih ingatkan dengan sabar. Tapi kalau tetap nggak bisa diingatkan, aku panggil dia dan aku suruh pindah ke bangku kosong paling belakang agar mudah mengawasinya. Aku nggak pernah bosan mengingatkan dan mengingatkan. Kalau mereka bener-bener sudah keterlaluan, aku ambil lembar jawabannya dan aku suruh meninggalkan kelas.

Memang ada saatnya mahasiswa bekerja sama, yaitu saat mereka bekerja kelompok di kelas. Tidak saat ujian seperti ini yang fungsinya untuk mengukur pemahaman mereka terhadap materi kuliah yang telah diberikan. Namun budaya ngrepek/nyontek di di kampus ini susah sekali dihilangkan. Tapi aku akan berusaha untuk meminimalisir agar budaya jelek ini tidak berlanjut.

Terlambat


Pagi itu aku ngebut dengan mengendarai sepeda motorku. Ya, walaupun cuma mocin (motor cina) tapi kondisinya masih prima. Itu juga karena dirawat dengan baik. Itu juga hasil keringat sendiri. Ketika sampai di kampus aku lihat jam tanganku. Waduh, aku sudah terlambat 10 menit. Padahal jam pertama ini aku ada jadwal jaga UAS nih. Semalam memang aku tidur agak larut. Adikku menelpon minta diajari sekaligus coba program Skype. Salah satu program untuk chatting, video call dan sebagainya mirip Yahoo Messenger (YM). Ternyata program ini memang lebih bagus satu tingkat dibanding YM.
Aku segera berjalan ke meja tempat lembar soal diletakkan. Sudah nggak ada yang tersisa. Berarti semua sudah diambil. Aku pun berjalan ke kelas sekedar untuk ngecek, apa bener sudah ada yang jaga. Aku lihat kelas yang seharusnya aku jaga, sudah ada yang menempati. Syukurlah kalau begitu. Tapi dalam hati aku merasa bersalah juga, karena kelas tersebut adalah tanggung jawabku. Dalam hati aku berkata, di kemudian hari aku nggak akan mengulanginya lagi. Kalau memang saat itu aku punya tanggung jawab untuk jaga, aku harus konsekuen untuk datang tepat waktu dan menjalankan kewajibanku.
Ketika ujian sedang berlansung, aku bertemu dengan Bu Siti salah staf administrasi di program studiku. Lalu aku menyapanya dan bertanya.
"Maaf, aku tadi datang terlambat. Gimana tadi pagi?" tanyaku.
"Iya nih, td pagi nggak ada orang. Cuman ada Pak Eza dan Bu Imah." Bu Siti bercerita.
"Lha itu ada Bu Ida?" aku menyanggahnya.
"Lha itu, untung aja Bu Ida datang sebelum ujian dimulai. Jadi bisa bantu." ucap Bu Siti dengan bersemangat.
"Syukurlah kalau gitu." kataku
"Selain itu hari ini Bu Imah ujian praktek, jadi tidak membutuhkan banyak orang untuk jaga. Bu Imah sendiri yang nguji tiap-tiap kelas bergiliran." lanjut Bu Siti.
"Iya, bener juga." aku menimpali.
Saat itu aku tidak ngomong kalau sebenarnya aku punya jadwal jaga kepada Bu Siti. Aku rasa itu nggak perlu diceritakan. Yang terpenting, jangan terlambat lagi datang dan bisa mengatur waktu dengan baik.